Menurut pandangan Muchtar Arsjad yang juga aktif sebagai Ketua Kerukunan Arsjad Busura Lolaloladu, seharusnya kita harus kembali melihat Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW). Sebab, RTRW ini merupakan kompas untuk melaksanakan pembangunan. Karena itu, dia menilai banjir di Indonesia jika dicermati melalui kompas RTRW, dia meyak bisa dicarikan solusinya.
Hal lain terkait RTRW, dia justru melihat selama ini tidak ada komitmen untuk menjalankan RTRW itu. Padahal, di dalam RTRW itu, sudah terkandung berbagai aturan sebagai rujukan kerja pembangunan satu wilayah.
Yang parahnya, ada kesan menurutnya, RTRW itu dibuat dengan biaya yang mahal justru kembali dilanggar oleh sebagai oknum yang berkepentingan.Misalnya saja menurutnya, dia mengakui gejala penyebab banjir memang dari persoalan fenomena alam, akan tetapi jika kita amati lebih dalam lagi adanya penyebab terjadinya fenomena alam itu akibat ulah manusia juga. "Ya, memang jika sudah terjadi banjir maka itu sudah terjadi keruskan lingkugan, "Kata Muchtar Arsjad yang juga sekretaris Bapedda Kota, (13/10), diruang kerjanya.
Dia juga menyesalkan daerah tangkapan air kini telah beralih fungsi, padahal lagi-lagi kata Muctar, Walikota sudah mengeluarkan peraturan walikota dan RTRW untuk kota sydah disetujui. Jadi dia menghimbau secara pribadi, agar masyarakat dan semua komponen terkait bisa mengatasinya dengan menggunakan kompas RTRW, "ini jika di ilustrasikan mirip orang yang sakit kronis, karena itu harus ditangani melalui dokter yang ahli, bukan saatnya untuk saling menyalahkan, "Sarannya. (Rahmad Nur)